Rabu, 18 Juli 2012

Agrowisata di Kota Bumiayu

Kota Bumiayu memiliki tempat wisata yang nan elok. Pemandangannya yang indah dan hawanya yang sejuk membuat pengunjung dibuat terpesona oleh keindahan alam tersebut. Agrowisata nan elok di kota Bumiayu diantaranya adalah kebun teh kaligua, Telaga Ranjeng, Gua Jepang, Tuk Bening. 1. Kebun teh kaligua Perkebunan Teh Kaligua merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh BUMN Perkebunan di Jawa Tengah, yaitu PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang berkantor pusat di Semarang. Kebun Teh Kaligua terletak di desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes. Lokasi tersebut berjarak 15 km dari kota Bumiayu. Aksess jalan dapat ditempuh di jalur utama Bumiayu-Purwokerto, tepatnya di pertigaan Kaligua. Desa Kretek, Paguyangan. Transportasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan angkudes, ojek, maupun truk pengangkut sayuran.Perkebunan Teh Kaligua merupakan kawasan wisata agro yang terletak pada ketinggian 1200 sampai 2050 m diatas permukaan laut (dpi). Tepatnya di kaki gunung Slamet sebelah barat. Tentu saja dengan ketinggian tersebut sudah dapat dirasakan kondisi kesejukan dan kesegaran udaranya. Denyu nadi kehidupan di perkebunan teh kaligua berawal tahun 1899. Perkebunan teh didirikan oleh Cultuur Onderneming di Belanda, dengan operasional dibawah pengawasan Fan John Pietnu & Co yang berkedudukan di Jakarta. Pengusaha Belanda yang ditunjuk untuk mengelola perkebunan teh kaligua adalah Van De Jong. Tahun 1942 perkebunan teh kaligua diambil alih oleh Jepang. Perkembangan selanjutnya perkebunan teh Kaligua menjadi milik Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 2. Telaga Ranjeng Telaga Ranjeng pada dasarnya adalah sama dengan telaga biasa, merupakan objek wisata air juga berguna untuk perairan sawah masyarakat desa setempat. Berlokasi di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Telaga ini dibangun pada tahun 1924, berada di bawah kaki Gunung Slamet dan merupakan bagian dari kawasan cagar alam milik Perhutani Pekalongan Timur. Cagar alam tersebut memiliki luas kurang lebih 48,5 hektar yang di kelilingi oleh hutan pinus dan hutan pohon damar. Konon katanya dahulu Telaga Ranjeng merupakan tempat mandi para tokoh kerajaan di Jawa. Daya tarik yang juga membuat wisatawan betah berlama-lama di Telaga Ranjeng adalah udara pegunungan yang sejuk, terdapatnya hutan lindung yang masih sangat alami, serta terdapat beribu-ribu ikan lele yang jinak dan dianggap keramat, yang dianggap sebagai penghuni telaga. Mitos yang sudah lama melekat pada tempat ini adalah ikan lele penunggu Telaga Ranjeng yang bisa diajak bermain namun tidak diperkenankan untuk diambil meski hanya satu ekor. Selain mitos ikan lele, ada juga mitos tidak diperbolehkannya menyeberangi telaga ini dengan perahu. Penunggu telaga menceritakan kalau pernah ada seorang wisatawan yang mencoba mengambilnya namun sampai di rumah orang tersebut kemudian sakit-sakitan baru sembuh setelah mengembalikan ikan lele ke Telaga Ranjeng. Jadi sampai saat ini tidak ada lagi pengunjung yang berani coba-coba mengambil ikan lele tersebut.Terlepas dari benar atau tidaknya cerita tersebut, yang jelas Telaga Ranjeng merupakan aset wisata yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga dibutuhkan peran serta masyarakat sekitar dan pemerintah untuk mengembangkan tempat tersebut. 3.Tuk Bening Nama salah satu mata air di tengah perkebunan teh kaligua. sesuai dengan namannya air mata air tersebut sangat jernih dan dingin, sampai-sampai kalau kita mengambil dengan botol aqua maka akan keluar embun diluar botol tersebut seperti air yang baru diambil dari mesin pendingin. 4. Goa jepang Gua Jepang dibangun pada tahun 1941 hingga 1942 oleh Jepang dengan mempekerjakan masyarakat setempat. Jepang mewajibkan perwakilan pemuda dari desa terdekat untuk membangun gua, kerja paksa tersebut dinamakan dengan Romusha. Pemuda yang diwajibkan Romusha antara lain dari desa Kaligua, Kalikidang, Gronggongan, Taman, dan Pandansari. Pekerjaan ini sangat melelahkan dan imbalannya tidak sebanding dengan keringat yang diteteskan. Mereka hanya dibayar 5 sen sehari, tanpa makan dan minum bahkan tidak ada waktu istirahat. Gua Jepang dibangun dengan tujuan untuk melindungi Jepang dari serangan musuh. Selain membangun gua, Jepang juga melakukan kegiatan semacam perdagangan yang disebut Delimit. Delimit adalah pembelian barang dari para petani dengan harga yang sangat murah. Para petani dipaksa untuk menjual hasil panen kepada Jepang dengan harga yang sudah ditentukan oleh pihak Jepang. Delimit ini sangat merugikan bagi para petani. Hasil panen yang sudah dibeli dengan cara delimit ditimbun oleh Jepang di dalam gua sebagai cadangan makanan jika sewaktu-waktu musuh menyerang. Setelah Indonesia merdeka, kemudian timbunan makanan dan pakaian di dalam gua diambil para petani yang sudah dirugikan. Untuk mengenang tersebut warga setempat menjaga keutuhan gua tersebut, dan hingga sekarang masih berdiri kokoh dan dinamakan Gua Jepang. Sekarang tempat tersebut menjadi salah satu obyek wisata di Kaligua. Jika ada pengunjung yang ingin masuk ke dalam gua harus diantar oleh seorang pemandu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar